- Back to Home »
- Teguran dari Syurga
Posted by : ahmad hamdi
Senin, 20 April 2015
Bismillah,… terimakasih atas Cinta Mu!
Alam bertasbih dengan indahnya, semilir angin pagi bertiup menyusup ke dalam pori-pori setiap makhluk, pepohonan bergerak indah melambai-lambaikan rantingnya, burung-burung mulai berkicau merdu meninggalkan sangkarnya, bunga-bunga dibasahi embun pagi begitu cantiknya, semua bertasbih seiring menyambut terbitnya sang mentari pagi. Subhanallah,.. saat waktu ini tiba, tak satupun pelukis ternama seantero dunia mampu menggambarkan keindahan, kesunyian, kedamaian dan kesejukan hati saat menikmatinya. Menggambarkan dengan jelas ciptaan Allah yang begitu sempurna..
Aku berjalan menyusuri trotoar di pagi ini, dengan langkah gontai sambil menikmati pemandangan yang sejuk pinggir kota. Kenangan demi kenangan bergantian muncul di memori ingatanku. Aku teringat tiga tahun yang lalu, saat aku melangkahkan kaki pertama kali di kota ini, waktu itu rasa takut, cemas, gelisah dan ragu-ragu selalu menemani. Aku yang dulu berbeda dengan aku yang sekarang. Dulu aku tidak mengenal hijab, tidak mengenal AlQuran, tidak mengenal shalat dan sangat jauh dari agama. Hidup bebas tanpa perhatian dari orang tua. Pergaulan yang sangat bebas mengenalkanku kepada hal-hal yang sesat.
Aku berhenti di taman dekat pasar baru. Aku duduk di bawah pohon manga, yang rindang dan mengeluarkan buku Motivasi karangan Robin Sharma yang berjudul The Great Guidness. Buku motivasi yang akhir-akhir ini menjadi teman ku dalam keseharian menjalankan aktivitas. Membaca buku di taman dengan suasana pagi yang cerah menjadi aktivitas rutinku di waktu libur.
Memoriku kembali mengingat sebuah kisah hidup yang aku alami beberapa bulan yang lalu, ketika diri ini masih begitu jauh dengan rahmat dan kasih sayangNya. Ketika rasa kesendirian aku alami tanpa adanya perhatian dari orang tua, keluarga, teman dan sahabat sahabat lainnya. hingga akhirnya jalan hitamlah yang aku tempuh. Berangkat pagi dan pulang di malam hari, shoping, foya foya, dan menghambur hamburkan uang.
Aku masih sangat ingat, ketika malam itu menjadi malam yang paling menyakitkan dalam hidupku dan sekaligus menjadi malam di mana aku mendapatkan hidayahNya. Waktu itu aku pulang sekitar jam setengah sepuluh malam, dengan keadaan mabuk dan kelimpungan aku berusaha mensejajarkan langkah kakiku. Aku frustasi malam ini, tadi pagi Ibu menelpon memberitakan kabar buruk, bahwa ibu telah menggugat cerai ayah, ayah ketahuan berselingkuh dengan rekan kerjanya di kantor. Setelah itu dalam waktu yang sama aku melihat cowokku sedang menggandeng mesra seorang gadis yang diakuinya sebagai cewek barunya. Jadi aku tidak punya cara lain untuk mengusir dan menghilangkan kejadian itu dari pikiranku. Akhirnya setan menang membawaku ke syurga kesesatannya.
Gerimis turun, Aku berlari keluar, dengan keadaan yang sudah tidak stabil aku mengacau dijalanan. Aku melihat di depanku ada beberapa orang pemuda berjalan ke arahku yang sedang sempoyongan. Para pemuda itu mulai menggodaku, ada yang memegang dan menarik tanganku, memegang tasku dan ada yang menyentuh rambutku. Aku mulai panic, dengan sisa kesadaran yang aku miliki, aku mencoba menghindar dan mulai berteriak meminta pertolongn. Aku lihat wajah-wajah yang penuh dengan nafsu itu, seperti kucing menemukan daging ikan ditengah jalan.
Kejadian ini berlangsung sekitar 5 menit, sampai detik inipun aku berusaha menghindar dari mereka, hujan turun dengan derasnya membasahi tubuhku. Aku pasrah, entah apa yang akan terjadi malam ini. aku tetap berteriak histeris meminta pertolongan, tapi tidak ada satupun orang yang melihatku.
Lalu seorang pemuda datang dengan payung di tangannya. Dengan sigap dia menolongku, berkelahi dengan jantannya mengahadapi para pecundang itu. merekapun lari terbirit-birit menjauh. Aku menangis, benar benar menangis, tidak bisa kubendung air mata ini, aku bersimpuh di tengah tengah lebatnya hujan. Kedatangan pemuda itu laksana mentari yang menghentikan hujan, laksana angin yang menghilangkan hawa panas, laksana air yang menyejukkan tanaman gersang. Saat itu ada secercah cahaya yang menyelinap dalam kegelapan hati dan pikiranku,ada setitik harapan yang muncul dalam keputus asaanku, ada rasa aman dan nyaman ketika berada di sampingnya. Pemuda itu adalah seorang mahasiswa fakultas dakwah, yang aktif dalam kegiatan ROHIS di kampus.
Dia membuka jaket yang dikenakannya dan menutupi tubuhku, aku diantar pulang sampai depan kostan. Sampai di kost, dia pergi dan hanya berkata “Assalamu’alaikum”.
Itulah awal pertemuanku dengan Rahman, seorang pemuda yang benar-benar mengayomi kaum hawa. Darinya, aku belajar banyak hal tentang agama, aku mulai belajar shalat dan membaca AlQuran, mulai belajar bagaimana seharusnya menjadi seorang muslimah. Mulai dari saat itu aku benar benar mendapatkan taufiq, hidayah dan rahmatNya, Allah benar benar masih menyayangiku sebagai hambanya.
Aku masih sangat jelas dengan pesan pesannya kepadaku “Ukhty, hidup ini bagai roda yang berputar, kadang ada kalanya di atas dan terkadang juga di bawah, hidup ini bagaikan angin yang kadang menyejukkan ketika kepanasan dan membuat kedinginan ketika hawa dingin datang. Hidup ini adalah titian panjang menuju tempat yang abadi yaitu akhirat. Ukhty, jalan ini masih panjang untuk kau tempuh, masih banyak hal yang menjadi tanggung jawab untuk ukhty lakukan, jangan pernah merasa takut dan putus asa, karena Allah selalu bersama kita. Jagalah hati, kuatkan iman dan jadilah wanita shalihah yang menjaga harga diri dan martabatnya.
Dengan air mata syukur yang tiada henti, aku mulai membuka awal kehidupan yang baru. Mencoba menjadi seorang muslimah sejati. Bismillah, memang Allah Maha Benar atas segala janjinya. Sebagaimana difirmankannya dalam AlQuran karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Subhanallah, walhamdulillah,.. tiada Tuhan kecuali Engkau ya Rabb. Tiada kehendak kecuali atas kuasaMu. Sungguh Engkau benar benar Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.